-----------------
Ya, kejutan. Sungguh hari ini penuh
kejutan. Hatiku bergetar, posting yang dimaksud bagas telah tersedak di pelupuk
mata. Inilah posting pertama dan ... satu-satunya, kurasa demikian.
yang terlewatkan~
Kemana kau s’lama iniBidadari yang kunantiKenapa baru sekarangKita dipertemukan
Sesal tak ‘kan ada artiKarna semua t’lah terjdiKini kau t'lah menjalaniSisa hidup dengannya
Mungkin salahku… Melewatkanmu…Tak mencarimu… Sepenuh hati…Maafkan aku…Kesalahanku… Melewatkanmu…Hingga kau kini… Dengan yang lain…Maafkan aku…
Jika berulang kembaliKau tak akan terlewatiSegenap hati kucariDi mana kau berada
Walau ku terlambatKau tetap yang terhebatMelihatmu… Mendengarmu…Kaulah yang terhebat
maaf, terimakasihaku sayang kamu, shillawould you to be my girlfriend?
Itulah lirik lagu yang terlewatkan dari
Sheila on 7. Copas, ya aku yakin. Tapi tak penting ku permasalahkan dari mana
ia mendapatkan lirik itu. Tapi mengapa ia menuliskannya untukku. Benar-benar
tak masuk akal.
Ku resapi kata per kata kalimat dalam
blog nya itu. Tiba-tiba rasa nyeri menyusur hatiku. Sakit itu menusuk hingga ke
tulang-tulang yang nyaris mati. Tubuhku bergetar, tanganku gemetar tak mampu ku
reda. Mataku ngilu seiring mengalir air mata yang menambah luka di dada. Tuhan,
tolong aku. Aku tak sanggup berada di posisi ini. Ambil takdir ini tuhan, atau
ambilah nyawa ini jika itu yang terbaik bagi diriku sekarang. Ambilah, aku
siap.
Dengan pikiran yang luar biasa
awut-awutan, aku bergeming. ku kutuk rasa ini yang sejatinya tak bersalah. Ku
kutuk tulisan-tulisan dalam blog ku yang sebenarnya pun tak berhak ku salahkan.
Ku kutuk diriku, tak ada perlawanan. Memang aku yang salah. Tapi kamu, ya kamu
bagas, kamu lebih bersalah. Aku benci kamu, benci!
Tiba-tiba muncul hasrat untukku
mendengar suara orang yang paling kubenci di dunia itu. Aku ingin ...
pokoknya
aku ingin melakukan sesuatu untuknya. Tunggu saja.
Ku ambil ponselku, kucari kontak
namanya. Lalu, ku hubungi nomor yang tertera di kontak tersebut. Tak berapa
lama, telepon langsung tersambung.
“shilla?”
katanya seketika saat telepon tersambung. Mengagetkan dan nyaris membuatku
kehilangan kesadaran. “Ada apa?”
sambungnya kemudian.
“postingmu
bagus” kataku, masih sedikit terisak.
“gimana?”
tanyanya penuh pengharapan.
“seharusnya
kamu gak perlu berepot-repot menulis itu untukku”
kataku tegas.
Hampir ia menjawab, tetapi langsung ku
serobot kata-katanya.
“gak
nyangka kamu bakal se romantis itu” lanjutku, “gak nyangka pula kamu se jahatini”
“jahat?
Maksud kamu?”
Mendengar jawabannya yang polos tapi
cukup menyakitkan itu, aku cukup tersenyum. Tapi air mata ini yang semakin terlihat
memberontak. Ia mengalir lebih deras. Kurasa air mata itu mampu mewakili
jawaban hatiku yang sungguh adanya.
“kamu
tahu, sejak 3 tahun lalu aku menyukaimu. Aku menyayangimu, bahkan mungkin lebih
sayang dari sekian juta mantan-mantanmu” ku
beranikan diri untuk mengatakan yang sejujurnya.
“tapi
kamu, tak pernah sedikitpun membalas rasa itu. Jangankan membalas, Menghargai
pun tak pernah. Oke aku sadar, aku jelek. Aku tak secantik mantan-mantanmu. Tak
secerdas se perfect mereka. Tapi, tapi kami sama-sama wanita. Kami memiliki
naluri yang sama. Naluri untuk mendapat kasih sayang dari orang yang kami cinta”
Kata-kataku mengalir begitu saja. Tanpa mampu ku
ubah maupun ku hentikan.“kamu tahu apa
yang kurasakan saat itu? Tidak, aku yakin tidak. Kamu adalah cowok yang tak
berperasaan. Aku sangat hafal itu. Tapi, perlakuanmu dulu masih lebih baik dari
kamu yang sekarang!” klimaks dimulai, air mataku turut tak mampu terbendung
lagi.
Ku lanjut secara kilat, “dulu kamu tak pernah memberi harapan yang
membuatku melambung. Semua pun mengalir secara tulus, apa adanya. Tapi kini,
kamu datang lagi. Kamu datang seakan-akan kamu orang paling besalah di dunia.
Kamu datang dengan air mata, dengan harapan yang kurasa sangat amat terlambat
tercipta” aku menarik nafas panjang, lalu membuangnya perlahan, “kamu datang dengan cinta yang sangat
sering kau obral. Dan parahnya, ini kau lakukan saat aku telah bahagia dengan
hidupku. Aku telah bahagia bersama dengan cinta dari orang yang sangat
tercinta, Dengan orang yang terbukti lebih baik dan tulus dibandingkanmu. Aku
telah hidup dengan duniaku. Dan yang paling penting, aku telah hidup dengan
mengubur jauh masa laluku, termasuk kesalahanku mencintaimu”
“shill”
katanya seperti menghentikan kata-kata ku
selanjutnya. Ku dengar ia terisak. Itulah yang ku inginkan. Aku ingin dia
merasakan apa yang selama ini ia lakukan.
“terima
kasih telah mengajariku bagaimana mencintai orang secara tulus. Walaupun dengan
caramu yang menyakitkan” pungkasku sembari ku
tutup telepon, tanpa memperdulikan respon selanjutnya.
Aku kembali menangis. Membayangkan
kejadian-kejadian menyakitkan sebelum ini. Tiba-tiba rekaman dalam memori
ingatanku satu demi satu terputar. Membuatku semakin tak ingin menghentikan
tangisan ini.
Ponselku berbunyi, ternyata bagas
meneleponku. Entahlah, aku tak berminat mengangkat telepon tersebut. Terserah,
terserah seberapa lama kau sabar menunggu jawaban telepon dariku. Ini semua
belum sebanding dengan kesabaranku menunggu cintamu selama ini ...
Aku mendapat satu pelajaran dari kisah
cinta yang bagiku sangat tragis ini. Aku kini percaya, tak ada usaha yang
sia-sia. Tak ada penantian tanpa imbalan. Tak ada pula cinta yang didapat tanpa
perlu meminta. Serta, tak ada yang abadi di dunia ini ...
terima kasih untuk kejutan ini, hari ini :)
-------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar