Mungkin kalian bertanya-tanya. Apa maksud
judul penuh misteri diatas. Oke, seperti nama anak ya. Eittss tapi tentu itu
bukan anakku. Anakku masih sekolah noohh *gagal move on* atau kalian berfikiran
seperti nama raja. Seperti Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Apik kaann sama-sama
ada angka romawi di belakang nama. Gawe ah, Khurnia Tri Utami XIV. Apik ee
nduk—“. Tapi itu masih salah. Sini-sini ikut aku, lumayan nambah wawasan. Hihi
:3
Gladi ... Mahardika , itu ... sori disingkat.
Salahe dowo* nama ... , kota? Rak mungkin. Hewan? Pliss yaa. Negara? Tidak
tidak. Cantik? Bisa jadi bisa jadi. Abaikan ! abaikan semua kata2 diatas. Gladi
Widya Satya Hannung Mahardika II adalah ... lomba. Lomba 17 an? Peso mana
peso--_”. Udah langsung aja lah, itu adalah lomba untuk pramuka penegak yang
diadakan oleh Kwarcab Kota Semarang. Dan tentu lombanya tingkat kota, kota
semarang pastinya. Tahun Ini adalah kali kedua lomba ini diadain lho gaayyyss.
Dan lomba yang baru lewat seminggu yang lalu ini bertempat di gedung III IAIN
Walisongo. Ngaliyan tepatnya. Wow jauhhh yaa *nyegat becak*
Aku mau nyeritain di sesi persiapannya dulu
yaa. Ini adalah lomba paling sesuatu, ya bagiku. Persiapan Cuma seminggu. Emang
dasar suratnya datangnya telat juga karena kepancal ukk juga. Okelah kita
latihan seadanya. Ngenesnya lagi, alumni banyak yang gak peduli tapi untung aja
masih ada segelintir yang care. Tur nuwun ya mbak mas *sok akrab*. Langsung ke
action nya aja ya. Karena jujur kalo soal persiapan terutama persiapan diri aku
pribadi itu ngisin2i. Wis to yakin aku wae isin og apalagi untuk khalayak umum
seperti sampeyan sampeyan. Yo rak boss!
Pertama, terimakasih yang sebesar-besarnya
untuk Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya untuk kita dapat mengikuti
lomba yang kali pertama kita ikuti ini. Serta untuk seluruh manusia yang
terlibat di dalamnya. Pamer sitik yaa! Ehem. Alhamdulillah SMA N 2 Semarang
dapat pulang dengan membawa 9 piala termasuk didalamnya piala juara umum dan
piala untuk sangga putri tergiat. FYI aja nih peserta nya sitik tok, jadi yoo
ojo terlalu seneng nduk iso dadi juara umum. Eh eh tapi tetep bangga deng
akakak *sak jane isin*. Dan sayang banget smanda Cuma mengirim 2 sangga putri.
Sangga putra nya nothing, yaudahlah udah kelewat juga kaann-__-
Ada pelajaran yang kudapat dari lomba ini.
Bukan pelajaran fisika maupun kimia. Tapi ini pelajaran moral yang belum tentu
bisa kudapatkan di tempat lain. Ya, kini aku menyadari betapa penting dan
berartinya doa orang tua. Memang selama ini aku pun tahu bahwa doa orang tua
itu sangat sesuatu dibandingkan doa orang lainnya. Tapi, kini benar-benar
terpampang nyata pernyataan itu benar adanya dan aku sendiri pun merasakannya.
Tenan wis saestu. Mungkin tanpa do’a mereka, kedua tropi yang kudapatkan dari
hasil kolaborasiku bersama dhani dan sukma tak bakal didapat. Ya, diatas kertas
memang kami telah kalah. Tapi ...
Kenapa demikian? Gini aja wes, jika dinalar
latihan seminggu untuk sebuah lomba sekelas GWSHM ki rak masuk akal. Intuk opo
jal? Lhawong lomba futsal tingkat sekolah wae latihan nganti berbulan-bulan og
*ngarang*. Secara pribadi pun aku rak yakin. Bayangno, kita udah dibagi2
lombanya. Oke, kita latihan sesuai lomba masing-masing. Tapi seiring
berjalannya hari, kita menemukan keganjalan. Jadwalnya natap-natap. Oke, kita
ubah-ubah lagi lombanya, dan nyarisnya berubah parah. Aku yang awalnya dapet
lomba LCT+Scouting Skill harus siap gak siap ganti lomba jadi LCT dan TTG.
Sumpah, ini bener-bener ... ahh pokoke ngono lah. Kalian tau kan? Gimana public
speaking ku? Parah, persentasi didepan temen-temen wae rak ono sing ngrungoke
po meneh jurine mengko. Wis to, aku Cuma bisa pasrah. Untunglah aku di duetkan
dengan Dhani. Teman yang bagiku lebih alay dan polos dariku tapi cukup menjadi
teman yang bisa membangkitkan semangat dan memunculkan benih harapaan. Kata
demi kata dalam makalah kami seleksi satu-satu, Maklumlah copas wkwk. Cara
pembuatan alat pun kami resapi step demi step. Tentu dengan bumbu tekad yang
sebenarnya kunci dari sebuah semangat itu sendiri. Eitts gak cukup sampai
disitu, ini pengalaman kita ikut lomba TTG. Dan lomba pertamaku yang
membutuhkan skill public speaking. Eh eh tapi ada mindset yang menguatkanku,
cekidot! Allah SWT kan memberiku mulut sejak aku dilahirkan, sejak bayi pun aku
sudah berlatih berbicara dan sampai sekarang pun setiap waktu aku berkomunikasi
dengan bicara, mosok iyo ngomong 5 menit wae aku rak iso. Kan tinggal belajar
makalah, dipahami dan menggunakan kata-kata yang tepat saat persentasi. Dah
ngono tok? Bar kan. Eh eh omonganmu! Rak segampang kuwi yo. Sing paling
berperan ki mental yo. Mboh latihan nganti jungkel2 pun nek mentale tempe tetep
wae diidak sitik mblenyek *apaan kuwi*. Okelah, kuserahkan semua kepada Allah
SWT. Aku sudah melakukan yang seharusnya ku lakukan, masalah berhasil atau
tidak itu kuasanya. Oke brohhh
Pasrah bukan berati aku diam saja. Terdengar
bisikan, MOVEE KHURR MOVEE dari dalam kalbuku *nek iki ngapusi*. Oke, gak
mungkin aku stagnan disini. Ini lomba bro, gawe opo kemampuanku tetep nek melu
lomba. Mubadzir tenagaku nduk. Alhasil, 2-1 hari sebelum hari H aku benar-benar
berlatih suara. Bukan, bukan untuk olah vokal dan duet bersama bagas yang
kumaksud. Tapi ngomong, ngomong dengan EYD yang tepat dan mimik meyakinkan di
hadapan juri serta khalayak umum. Ya, abot sih. Tapi rela bagi-bagi? *edan*
Alhamdulillah dengan berbekal tawa dari alumni
dan senior saat aku dan dhani berlatih persentasi di hadapan mereka. Aku
berhasil membuktikan. Dengan alat sederhana, kecil dan tanpa teknologi. Sebuah
pot berbentuk tunas kelapa dari stocking yang berhias manik-manik aku telah
menciptakan sejarah. LAY! Benar kok, aku maksudku kami, aku dan dhani berhasil
menyabet juara ketiga dalam lomba yang benar-benar bagi kami sesuatu yang baru.
Terima kasih Allah. *sujud syukur*
Selanjutnya, di lomba LCT. Ini merupakan lomba
keduaku di bidang ini. Sebelumnya, lagasakti telah menghantarkanku menjadi
juara 2 dibidang ini. Bersama dhani dan mbak yanis tentu saja. Tapi, kejayaan
di lagasakti hampir saja tertutup oleh realita bahwa latihan di lomba kali ini
hanya seminggu. Berkali-kali lebih singkat dari persiapan lagasakti yang suwine
puoolll. Oke, tambahan aja lagasakti ini bisa dibilang lomba modus bagiku.
Kesenengannya ++, disamping kesenangan lomba pada umumnya, lomba ini juga yang
mempertemukanku dengan alif selain itu juga membuatku bisa bermalam di SMA N 5
Semarang kawan. Sangar po rak, cah smala wae rung tentu iso nginep. B-)
*kipas-kipas*
Persiapan lomba LCT ini bisa dibilang lebih
indah dari TTG. Aku tinggal mengulas yang dulu pernah ku pelajari mati-matian
saat lomba perdana lagasakti. Okee, semoga hasilnya pun seindah latihannya
kawan. Semoga.
Saat babak kualifikasi, masing-masing dari
kita mengerjakan soal tertulis yang sama antara satu dan yang lain. Tapi, benar-benar
diluar ekspetasi. Boden powell yang kita kira bakal keluar bejibun di soal
ternyata hanya 1 atau 2 saja. Mbangeti. Kau tahu? Soale rata-rata PU. Buseettt
dah, aku rak cah suara merdeka pak buukkk. ben urusan tak garap engger, rak
mudeng jhoonn.
Skip. alhamdulillah, kedua sangga Tribhuana
Tunggadewi (baca:sanggaku) lolos ke babak 3 besar. Dengan satu lagi saingan
yaitu sangga Mohammad Hatta dari SMK N 2 Semarang. SMK ne mbakku jhoonn, yakin
nek kalah mesti aku di bully. Hmmh belum tau siapa saya *ndelok bang napi*
Ada yang berbeda di babak final ini. Yaps,
tidak ada bel. Sebagai gantinya, sebelum menjawab pertanyaan kita harus
melakukan serentetan tantangan. Antaranya : makan pisang, makan telur asin,
minum aqua gelas full, makan tomat mentah, ngitung beras, niup balon sampe
meletus, memasukan korek ke tempatnya, makan roti, memasukan jarum ke benang
dan sg paling nggondukke ki nggolek semut hidup. Gimana? Konyol kan tantangane.
Siapa yang paling cepat, itu yang diberi kesempatan menjawab. Oke, rak sah dipiker.
Ndak mumet.
Dari sekian tantangan itu, aku kebagian
ngitung beras, makan roti, memasukkan jarum ke benang dan
golek semut (bagi yg ini semua). Ngitung beras? Aku berhasil. Aku tercepat dari
yang lain. Makan roti? Saestu seret banget, pas wis bar lomba aku lagek sadar
nek mangan rotiku koyok wong kesurupan, nggilani. Kalah sisan, jan apes tenan.
Memasukkan jarum ke benang? Nek iki aku nggonduk, aku malah memasukkan benang
ke jarum. Ngisin-ngisini to nduk, ncen og. Golek semut? Iso to jhon, pertama malah.
Tapi semute tekan juri mati. Podo wae ngonduk. Kon golek neh to aku. Hoho,
unforgettable experience.
Sekali lagi alhamdulillah, aku menang. Gak
tanggung-tanggung aku juara siji lhoo cah. Tralala~, oh ya juara 2 nya itu
masih satu rekan yaitu sangga tribhuana tuggadewi 2 dan yang juara 3 nya SMK N
2. Okelah, selamat semuaaaa. Love,love untuk pengalamannya yaapppsss.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar