Rabu, 05 Maret 2014

1 MARET again :)

1 Maret ?
apah?
ohmaigot!
serangan umum yogyakarta kan ya?
bukan bukan !
lalu?
hmm ...


itu kayaknya video deh. ya gak?
lha emang-__-
di capture?
yaa
penting?
yadongg
-_____-


apaan lagi nih?-__-
hmmm
dari oleh untuk?
hmmm
cape dehhh~
hmmm
terus, gue harus ngucapin ke lo gitu
HARUS !
ultah lo suwung banget sih
hmmm
jomblo ya?
hmmm
atau gak punya temen
:"("("("(
aku temen kamu kog :)
bighug{}{}{}
terus?
ucapin dong!
hmmm
ayolah!
okedeh...

SWEET SEVENTEEN KHURNIA, PADDING, DORA, LEBAY, UUT, MENTHUL :*))
HARI H SUWUNG GAPAPA, YANG PENTING SETAHUN KEDEPAN SELALU BEHAGIA
LOMBA NULIS TERUS YA. PASTI BAKAL MENANG KOK
KAPAN?
ENTAH. COBA DULU DUMMSS
NDANG NENTUKE JURUSAN GAWE KULIAH
WALAUPUN BELUM TENTU KULIAH, TAPI NYIAPKE SEK PO SALAH?
SEMANGATTT !!!

INSYA ALLAH ADA JALAN~~~

lomba ketiga yang (lagi-lagi) GAGAL !

#MyLoveMyLife . karena gagal lomba ini. lomba ku yang niatnya akan ku ikuti setelah ini, terbangkalai. thanks GOD :)

PERHATIAN PALSU

Aku tak tak pernah berharap Tuhan mempertemukan kita. Cinta ini pun datang tanpa pernah ku minta. Aku mencintaimu. Walaupun aku sadar ada yang lebih berhak mencintaimu. Ada yang lebih pantas bersandar di bahumu. Dan yang pasti, dialah seseorang yang berhak mendapatkan cintamu. Dan itu bukan aku.
Salahkah aku mencintaimu? Entahlah. Pernah aku berpikir demikian. Aku merasa mencintaimu adalah hal yang paling memalukan selama aku hidup. Namun, aku urungkan niat untuk mengikuti jejak pikirku itu. Aku merasa mencintaimu adalah benar. Karena kita memulainya secara benar.
Mengingat saat awal pertemuan kita bagaikan menyusun kembali mozaik cinta yang telah antah berantah. Kau terlihat polos, diimbangi dengan aku yang tak kalah lugunya. Di kelas XI IA 2 inilah awal sebuah cerita cinta dimulai. Nomer absen yang berurutan memaksa kita duduk dalam bangku yang sama.
Sikapmu yang jenaka perlahan merekatkan hubungan kita. terhitung beberapa hari saja kita sudah merasa dekat. Bahkan seperti telah menjadi sahabat puluhan tahun. Dan kau tahu, Aku bahagia dengan keadaan ini. Sangat bahagia.
Seiring berjalannya waktu aku merasa sesuatu yang lain. Sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku merasa nyaman berada didekatmu. Aku selalu ingin mendapatkan perhatian yang lebih. seakan mengerti perasaanku, kamu bertindak layaknya seperti manusia paling peka. Kamu mencurahkan perhatian itu. Entah kenapa, aku merasa perhatian ini bukanlah sekedar perhatian seorang sahabat. Aku merasa kau memiliki perasaan yang sama sepertiku. Cinta, ya pikirku saat itu.
Perasaan indah ini tak bertahan lama. Perlahan perasaanmu yang kurasa cinta mulai mengerucut. Sikapmu tak sehangat dulu. Candaanmu tak jenaka lagi. Aku merasa kamu telah berubah. Tak seperti Indra yang dulu ku kenal. Kini kau tak banyak bicara. Hubungan kita kembali seperti 2 orang yang baru saling mengenal dan dipaksa untuk duduk bersama. Seperti dulu, tak lebih.
Suatu hari aku mendengar dari seorang teman bahwa kau kini telah memiliki pacar. Ini merupakan pukulan berat bagiku. Aku tak menyangka kisah kita akan bermuara pada kenyataan paling menyakitkan ini. Kau sudah memiliki pacar, mungkin aku bisa terima. Tetapi satu hal yang tak bisa aku pahami. Mengapa selama ini kamu tak pernah sekalipun bercerita padaku tentang pacarmu itu. Walaupun sakit, tapi itu jauh lebih baik daripada aku harus mendengarnya dari orang lain. Bukan dari mulutmu sendiri. Sebenarnya kamu anggap aku apa? Lalu, apa arti perhatianmu selama ini?

Terima kasih atas perhatian palsu ini. Tanpanya mungkin sekarang aku belum mengerti apa itu cinta. Terima kasih telah mengajariku cinta. Terima kasih telah bersedia menjadi cinta pertama ku. Walau dengan kisah yang pahit.

bahkan ketika berangkat sekolah pun, Allah SWT ada :)

tragedi ini terjadi sekitar pertengahan bulan februari yang lalu. H-2 dari lomba ROSCOMP yang alhamdulillah ambalan SMA N 2 Semarang berhasil menjadi juara umum. :)
seperti judulnya, tragedi ini terjadi saat aku berangkat sekolah. pagi, tentu saja. pagi itu aku berangkat sekolah amat tergesa. tak ada waktu berleha-leha. jarum jam yang memaksaku melakukan segala sesuatu ekstra cepat. yap, hari itu aku takut terlambat. poin ku sudah 600, dan semuanya itu kudapatkan karna TELAT. TERLAMBAT. sangat keterlaluan memang jika hari itu poinku berubah. menjadi 750. benar-benar memalukan.
jam 6.55 aku masih berada di pedurungan. tepat saat kakiku melangkah turun dari bis. eittss turun dari bis bukan berarti perjuanganku berakhir. aku harus naik angkot lagi agar aku sampai di sekolah. benar-benar melelahkan. berangkat saja aku harus naik turun angkot 3 kali. pulang pun sama. lalu berapa banyak rupiah yang aku keluarkan setiap harinya? padahal ini cuma dari sisi transport, belum yang lain. tapi yasudahlah, diluar sana masih banyak yang kurang beruntung dari aku. bagaimanapun keadaanku aku tetap bersyukur. karena aku yakin tak ada perjuangan yang sia-sia. tak ada usaha yang tak berguna. tunggu saja, semua akan indah pada waktunya. aku yakin, aku percaya :)
karena amat tergesa, aku pun menyabrang dengan ugal-ugal an. dengan kecepatan kaki yang mungkin melebihi jalannya kura-kura (yomesti!) alhasil, diluar ekspektasi aku terjatuh. sepatuku terpental antah-berantah. ya aku terjatuh di jalan raya. didekat traffic light dimana kendaraan sedang rame-ramenya. oke, aku jatuh. ku lihat mobil, motor dan berbagai macam kendaraan hampir mendekatiku. aku ingat kata-kata seniorku. tenang, tenang, ciptakan pilihan. tanpa takut tertabrak, aku mencoba bangkit, ku punguti satu persatu sepatuku. aku tak peduli dilihat banyak orang. toh, mereka pun tak ada yang menampakkan kepedulian.
aku mampu berdiri, entah kenapa air mataku sesak ingin mengeluarkan bendungan yang tanpa sadar selama tadi kutahan. aku melanjutkan jalanku, aku tak peduli lagi bakal terlambat atau tidak. aku hanya memenuhi kewajibanku, berangkat sekolah dan tiba disana. kalaupun aku terlambat, aku tak ingin jadi pengecut. lebih baik aku menunggu daripada pulang tanpa hasil apapun. hanya membuang-buang uang. membuang tenaga. hanya memperburuk mental. penyerah.
aku tak ingin jadi seperti itu. aku ingin belajar. aku ingin perjuanganku ada hasilnya. poin? itu urusan ke sekian. aku yakin, seorang pendidik tak akan membiarkan anak kehilangan semangat belajar hanya karena takut mendapat poin. seorang pendidik tak akan tega.

alhamdulillah, aku masih ingat. hari itu aku tidak terlambat..
bahkan, ketika berangkat sekolah pun, Allah SWT ada :)

Sabtu, 01 Maret 2014

LOMBA PALING OPTIMIS dan PALING GAGAL. #akurapopo

event #streetbible yang diselenggarakan oleh @FisipersUI

Jalanan tetap jalanan


Jalanan. Mungkin sebagian orang beranggapan bahwa jalanan adalah sebuah tempat yang keras dan mengerikan. Ada pula yang menganggap jalanan hanya sebuah tempat yang disediakan bagi mobil dan kendaraan lain untuk berlalu lalang, tanpa kesan. Lain lagi yang menjadikan jalanan sebagai ladang rejeki, zona bekerja keras. Ia pasti tak akan rela melewatkan setiap sudut jalanan tanpa kesempatan. Tak akan rela. Namun, ini bukanlah teori paten. Hanya pendapat sebagian orang. Hanya opini. Setiap orang berhak mendefinisikannya masing-masing. Ya apapun itu.
Menyusuri jalan di kota besar seperti di Kota Semarang, bagaikan menyusun mozaik kehidupan yang telah menjadi serpihan dan berpencar antah berantah. Berjauhan tetapi tetap berkesinambungan. Segala macam studi kehidupan dapat kita temukan. Hanya perlu sedikit membuka rasa empati, kita akan menemukan kedamaian tak terbayar disana. Karena percayalah, jalanan merupakan cermin kejujuran. Walaupun kini sudah ternoda oleh orang-orang yang berbangga telah mampu berdusta baginya.
            Hiruk pikuk dan sesak jalanan mengisyaratkan bahwa kita tidak sendiri. Tuhan tak hanya menciptakan seorang makhluk di dunia ini, tetapi berjuta hingga bermilyaran. Jika kita merasa kesepian, Sesungguhnya kita telah mengingkari nikmat yang telah Tuhan berikan. Sehingga kita harus bersyukur dengan adanya jalan. Jalan merupakan salah satu media kita untuk berjumpa. Untuk saling bertegur sapa. Terkadang jalanan dipenuhi oleh orang-orang yang saling bertukar senyum nan menyejukkan, tetapi tak jarang juga berhiaskan pandangan manusia yang saling mengacuhkan.
            Hidup di jalanan berarti menyerahkan diri pada kekerasan. Kekerasan preman, salah satunya. Karena kembali lagi pada hakikatnya, jalan merupakan tempat yang keras dan hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang tangkas. Jika tak cepat bertindak, niscaya kau akan mati kelaparan atau bahkan mati tertimpa kerasnya jalan itu sendiri.
            Awalnya aku menelan arti keras secara mentah. Pusat dari kejahatan dan kerusakan di muka dunia. Perampokan, penjambretan, pemerkosaan adalah beberapa dari sekian juta kejahatan yang nyata. Kecelakaan ringan hingga mengerikan, dari yang berstatus tanpa korban hingga beribu jiwa melayang dapat kita temui disini. Tak heran jalan kerap dicap sebagai tempat yang penuh misteri. Magis, tetapi sering juga  tak logis.
            Dari uraian paragraf diatas, mungkin kita akan takut dan enggan untuk mengenal jalanan lebih detail lagi. Namun, kita akan mengupas jalanan dari sisi yang lain. Sudut pandang dan juga penafsiran yang berbeda. Kita akan merenung dan berucap syukur. Semoga kita termasuk orang-orang yang terpilih.
Banyak profesi yang menggantungkan hidup di jalanan. Supir angkot, tukang sapu jalan, tukang becak, loper koran, pedagang asongan, pengamen adalah beberapa diantaranya. Mereka tak meminta dikasihani. Mereka hanya membutuhkan sedikit penghargaan. Penghargaan sebagai sesama manusia. Sekarang tinggal bagaimana kita bersikap. Sikap kita terhadap orang-orang yang mungkin jauh tak seberuntung kita. Masihkah kita peduli. Masihkah tersisa sedikit kemanusiaan di sanubari ini. Masihkah kita menganggap mereka ada. Tanyakan kepada hati kita masing-masing. Rasakan setiap bisikan. Diam, dan kalian akan menemukan jawaban.
Begitulah sedikit potret jalanan di Kota Semarang. Ya seluruh pemaparan diatas, tanpa satupun pengecualian. Mungkin kota lain juga merasakan hal serupa. Itu merupakan hal lumrah. Semua kota ataupun desa berhak memiliki deskripsi jalanan seperti ini. Karena jalanan bersifat universal. Dari, oleh dan untuk siapa saja.
Jalanan tetaplah jalanan. dicap sebagai apapun, jalanan tetaplah sebuah jalan. Jalan yang seyogyanya diinjak dan terus saja menjadi alas bagi seluruh umat manusia. Kita tidak berhak mengagungkan apalagi merendahkannya. Biarkan, biarkan jalan tetap pada fungsi yang sebenarnya. Karena bagaimana pun jalan bukanlah sebuah gambar yang bisa sekenanya disalin disembarang kertas. Jalan tetaplah jalan.
Coba kita melihat jalanan dari atas, dari jendela helikopter yang terbang pada ketinggian 5000 meter misalnya. Bisakah kita melihat kemacetan jalanan yang seringkali menyesakkan dada? Apakah kita menangkap suatu praktek kejahatan di jalanan itu? Tidak, tak akan pernah. Jalanan hanya terlihat seperti garis gradien yang membentang tiada ujung. Diapit oleh gedung-gedung pencakar langit yang kian menambah sesak potret jalanan dari ketinggian. Mobil-mobil berbagai merk pun hanya memancarkan cahaya yang tak lebih sangar dari cahaya senter. Berjubel, mungkin tampak. Tetapi tak ada yang perlu dikhawatirkan dari sesuatu yang kita sebut sebagai “jalanan”. Kita hanya perlu meyakini bahwa jalanan itu ada dan diciptakan bagi siapa saja. Hanya boleh ada kedamaian dan keselarasan. Tak boleh ada permusuhan apalagi kekerasan. Kita yakin bahwa jalanan adalah ladang pangan bukan pertumpahan darah. Dan ...

“ Hargai jalanmu, hargai setiap makhluk yang terlibat didalamnya . karena sesungguhnya, mereka berhak “

(by : Khurnia tri utami)