1.
Terjadi sekitar setahun yang lalu,
saat sekolahku mengadakan pensi tahunan, smanda methamorphosis #2 namanya.
Rekor ini terpecahkan teman-teman. Rekor yang tak pernah kuduga-duga. Apa itu?
Yesss, saat acara itu, pulangnya
malam. Yaiyalahh. Saat acara itu aku jomblo, cueekkk. Saat acara itu tak ada
kamu, lhaterus?-_- ya pokoknya saat acara itu aku menantang maut. Pulang
sekitar jam tengah 12 malam atau sekitar pukul 23.30 WIB. Aku iya aku, bersama
herlina iya herlina pulang bersama-sama menuju ke genuk, tepatnya ke rumahnya
bukan rumahku. Mana rumahmu?
Oke, tak ada yang perlu
dikhawatirkan kan ya? Aku menggonceng dia. Lalala~
Hingga takdir membawa kita ke
suatu tempat. Pasar genuk, iya sebuah pasar di genuk. Disitu, dia menurunkanku,
mengucapkan salam perpisahan dan memotivasiku untuk hati-hati di jalan.
Kupandang sekeliling, sepi. Kupandang hatiku, sepi. Kupandang langit, rame.
Penuh bintang bertaburan.
Oke aku berjalan, dimana
biasa orang-orang menunggu bis lewat. Tapi tak seperti biasa, disini sangat
sepi sekali. Bis pun jarang sekali lewat. Paling yang ada hanya bis nusantara,
indonesia, khatulistiwa atau apalah itu. Dimana bis demak? Dimana? Atau minimal
bis jepara lah? Bis kuat? Bis millah? =,=
Ssemenit, dua menit berlalu.
Hingga hampir setengah jam aku stay di trotoar itu. Hingga aku jenuh. Aku
hopeless. Kurasa bis demak telah lelah dan kembali ke rumah. Di jalan hanya
tersisa tapak tilasnya. Ada mas-mas mendekat. Aku takut. Aku membaca doa. Mas
nya pergi. Alhamdulillah, allah melindungiku. Mataku tertuju pada pos ojek.
Masih ada 1 ojek beserta bapaknya. Tanpa menghitungnya dgn rumus terlebih
dahulu, langsung kuhampiri ojek beserta pemiliknya tsb. Terjadi tawar menawar
di antara kami. Okelah, kesepakatan diraih. Aku naik ojek menuju rumah. Jam
berapa itu? Masyaallah, aku kurang cabe-cabean apa coba? Omaigot ngono yo iso
nglakoni ya-_-
2.
Masih di tahun yang sama. Masih di
latar waktu yang sama. Malam hari. Tapi tempat yang berbeda. Aku, ah lagi-lagi
aku. Pulang sendiri malem-malem. Di genuk? Bukanbukan. Di smanda? Apalagi,
enggak lah. Di hatimu? Bisasaja, bisasaja. Di... mana ya? Mau tau? Di... situ,
iya disitu. Di jalan Sriwijaya Km ... semarang. tempat yang cukup asing bagiku.
Jarang bgt aku menjamah jalan itu. Ya pokoknya disitu. Tau kan? pasti kalian
tau.
Waktu itu jam ... ah aku
lupa. Pokoknya udah malem buangeeettt. Aku pulang kegiatan, ya seputar ekstra
itulah. sampe mualem buanget, gak ada yang jemput, gaak ada yang nganter, jan
apes uripku nduk. Okelah aku berjuang sendiri. untuk hidupku, untuk masa
depanku. Ku gunakan feeling ku, ku cegat angkot. Aku bersama temenku waktu itu,
tapi dia Cuma nungguin aku dapet angkot. Selebihnya, dia pulang aku pun pulang.
Ku pakai arah setahuku dgn segala kenekatanku. Kutunggu angkot, lama
bangeeettt. Tapi seperti halnya jodoh, angkot itu datang disaat yang
seharusnya. Penumpangnya hanya aku seorang, wow serasa mobil pribadi. Oke fix,
aku bener2 sendirian. Oke fix, aku kudu semangat.
Perjuanganku tdk berhenti
sampai disitu, setelah ngepol angkot itu, sebut saja sampai di johar. Aku masih
harus naik angkot yang jurusannya ke genuk. Oke kalau ini aku agak sedikit
tenang. Karena kuyakin masih banyak dan ini memang angkot langgannanku pas smp.
Oke dapet, tapi tapi terjadi 1 insiden. Sepatuku jebol pemirsaahhh. Masya allah
cobaan apalagi inihh!! Aha, sepatu jebol tdk menyurutkan semangatku. Masih bisa
tak seret kan? toh di angkot kan jg duduk. Ya kan ya? Telah sampai genuk, satu
lagi bis harus kutunggangi. Bis demak. Ah lagi-lagi bis demak. Aku berdoa masih
ada, agar tragedi ojek tak kembali terulang. Agak lama sih, tapi bis itu
datang. Entah jam berapa itu, aku pulang. Dengan muka kuyu, aku kembali
mendapat cobaan. Aku harus jalan dari gapura bates menuju rumah. Ya jaraknya
hampir se km, 2 km, 3 km, ah entah. Pokoke lumayanlah. Sepatu? Oh ya aku hampir
melupakannya. rak mungkin lah aku berjalan sambil menyeret, balekku kapan?
Sepatu tak cangking, aku nyeker. Yeahhh, have fun ya khurr. Namanya juga
ikhtiar J
3.
Yang ketiga Ini perjuanganku untuk
bisa bertemu teman-teman. Walaupun
hasilnya yaa.. gak jauh dari kata nihil. Alias nihil sekali. Waktu itu aku lagi
rapopo. Aku beserta mejiku janjian untuk main bareng. Awal masuk sma, masih
polos masih kekanak2an bingit. Janjian di sma 5, dp mall tepatnya, eh gramed
pastinya ya pokoke sekitar situ. Aku otw dari smanda, naik brt. Masih sok-sok
an gitu naik brt nya. masih ngerasa kedinginan juga. Pokoknya masih kelihatan
udiknya. Sepanjang jalan aku masih kontak2an sama mereka. E lha dalah hpku mati
ditengah jalan. Yaudah aku berusaha survival tanpa hp. Info terakhir yang
kudapatkan adalah janjian di tempat awal. Sekitar jalanan pemuda. Okee, kembali
ku nikmati jalanan beserta AC BRT. Lalala~
Ohmaigott, semakin mendekat
jalan pemuda aku semakin terpukau. Tercengang. Terjerembab. Hampir menuju tugu
muda tapi kenapa simpang lima tak kutemukan? Dimana aku berada? Di belahan bumi
mana ini? tiba-tiba suara mas kenek membuyarkan pikiranku. Yang intinya jalan
pemuda ditutup dan sebagai gantinya yang hendak turun sma 5 atau balaikota
dialihkan di pasar karangayu. Wasii panggonan opo kui? Aku mengotek dalam hati.
Hmm berfikir, berfikir. Khurnia punya otak kan? mesin feeling msh berfungsi
kan? tangan kaki sehat kan? yaudahlah kita jalani aja dulu. Ya bener, aku
bener2 jalan waktu itu. Pasar karangayu? Ah apaan tuhh, gak faham. Yang jelas
ada tugu muda, lawang sewu sejauh mataku memandang. Oke, tanda-tanda sudah
jelas. Jalan pemuda disitu, iya disitu.
Aku berjalan menyusuri jalan
pemuda, dari ujung lawang sewu hingga entah, terserah kaki ini melangkah.
Kucoba mengaktifkan hp, untuk bertanya dimana gerangan mejiku berada. Kuseka
keringat yang terus mengucur. Ku semangati kakiku agar selalu mujur.
Alhamdulillah, hpku sempat aktif. Ada sms masuk, tak buka. Dari salah satu
personil mejiku. Sedetik, dua, tiga, hpku kembali mati. Pingen rasanya tak
banting. Tapi... that’s impossible. Aku sempat membaca, intinya kumpulnya
jadinya di spesix. Yasudah, wasalam.
Pingen ngamuk, yo wagu.
Pingen nesu, kok lucu. Pingen nangis, lemah men. Pingen neng spesix, sudi men.
Lha terus aku kudu pie? Yaudah lah kembali khusnul khotimah. Kulanjutkan
jalanku. Karena mbalek pun percuma wes tekan tengah2. Yaudah kucukupkan sampai
ujung paragon. Banyak persimpangan disana. Karena yang aku faham dan yg aku
yakinihanya angkot yang kearah simpang lima. Yaudah aku kembali kesanaa.
Finally, aku pulaaanggg. Pess apess. Oh ya aku ketemu pak bambang yg dulu jd
kepala sekolah smanda loohh disitu, deket paragon tepatnya. Sempet salaman
juga. Walaupun aku tahu, beliau gak tahu aku siapa wkwk. Pasti itu.
4.
BRT. Sekarang aku langganan BRT
loh. Jangan tanya mengapa, karena alasanku seperti pelajar kebanyakan NGIRITTT.
Kenapa kumasukkan ini sebagai rekor? Yaa karena memang pantas dijadiin rekor.
Sebenarnya masalahnya itu Cuma pada waktu. Karena did you know! Aku pernah naik
BRT bel pulang langsung pulang sampai rumah jam 16.30. sangarr hampir 2,5 jam.
Pernah lagi suatu waktu, aku pulang jam tengah 5 hampir jam 5 gitu. E lha dalah
samapi rumaah jam 20.30. kurang kentip apa cobak! Ah kalo bukan bukan karena ngirit, aku bakal
berpikir berkali-kali deh buat naik BRT. Tapii ya gimana lagi-_-
Oke,
fix. Its my rekor. What’s your rekor?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar