Selasa, 18 Februari 2014

tragedi lantai 6~

Tragedi ini tidak diperkenankan untuk adik dibawah umur. harus 17+. So, kalau mau membaca tunjukkan foto copy KTP yaaa wkwk

Tragedi ini terjadi di IKIP PGRI Semarang, hari kedua ‘7th Roscomp 2014’. Sebelumnya aku mau kecup kanan kiri ambalan tercintaaahhkuu Hayam Wuruk Tribhuana Tunggadewi pangkalan SMA N 2 Semarang yang berhasil meraih juara umum di event 2 tahunan sejawa tengah ituu. Bangga binggiiittt, gak hina jd anak pramuka, keleeesss B-))

Kalau sebelum ini, aku menceritakan sisi heroik dari hadirnya Roscomp, sekarang aku mau nyeritain sisi lain dibaliknya. Dan tentu, tidak semua peserta merasakan ini. HWTD pun tak semua. Just aku dan Dhani. Yes, just the way we are~~~ :*))

Aku dah Dhani. Dhani? Semoga kalian tidak asing dengan nama itu. Yaps, aku pernah nyeritain dia di post ‘passive voice’. Apaan tuh? Oke, silahkan scrolldown blog ini. Gratisss bebeeehhh..

Harusnya, harusnya ya ini adalah tragedi lucu. Tapi gak tau deh kalo kalian nanti pada akhirnya Cuma bengong. Ini kesalahan bukan karena selera lawak kalian yang cetek tapi yaa kami bukan comic, jadi ketawa gak ketawa serahh luu *nyonto pulpy

Pagi itu, setelah selesai sholat dan hendak bersiap untuk senam, dhani mengajakku untuk ke lantai 5(beskem cewek) saat itu kami ada di beskem cowok(lantai 4). Mukenanya dia ketinggalann, katanyaa..
Lahh, kejadian berawal dari sini. Di lantai 5, aku melihat orang di lantai 6 yang berlatar loteng bersenang-sennaang. Aku pingen, biasallahh neng bates rak ono loteng-_-

Wokeeehhhh, dhani pun berada di genggaman. Jadilah, aku dan dia bergegas disana. Kita kesana naik lift,  tapi naik lift menuju kesana tak semudah membuat lift menjadi overload. Karena saat kami naik lift, ternyata tuh lift tdk menyediakan pencetan menuju ke lantai 6, just 1-5. Okelahh kami akui kami gonduk. Niatnya mau naik ee malah dibawa terjun ke lantai 3. Okelahh lagi-lagi kami pasrahh.

Di lantai 3, kami tak kehaisan akal. Lift 1 telah binasa. Masih ada satunya lagi. Okelah kami menunggu lift satunya terbuka dengan harapan membawa kita ke lantai impian, lantai 6 IKIP PGRI Semarang. wuihhh kereenn. Jika kita jeli membaca situasi, sejatinya itu adalah suatu kode dari Allah SWT agar kita mengurungkan niat terbang ke lantai 6. Tapi apalah daya, kita tidak se peka itu fans. Kami lelah~
Impian kita terkabul, Allah SWT mendengar doa-doa kita. kami sampai di lantai 6.

Eitttsss.. lantai 6?


Kok lha kok lha kok. Apa ini? Kami dimanaa?

Hanya 2 ruang di lantai ini. Diisolasi oleh pintu kaca di kedua sisinya. Selebihnya, ya terlihat loteng dan kabel-kabel yang berlilitan seperti saat kita melihatnya dari lantai 5.

Kami mencoba membuka pintu kaca, di salah satu sisi lantai ini. Astaga terkunci. Dan ternyata, di lantai ini tempatnya para backpacker kampus yang saat itu kayake nginep di lantai yag tadinya ‘impian’ kami ini.
“pintunya di kunci dek, lewatnya tangga” begitulah segelintir kata yang kuingat terlontar dari mulut salah satu masnya. Selebihnya, rak jelas. Rak tak rungokke. Mereka pun berlalu, kembali packing. Beres-beres.

Aku dan dhani tertawa lemas. Tak ada pilihan lain selain kembali terjun ke lantai yang benar. 4, tentu saja. Oke, kembali kami meniti lift yang melewati lantai 6 terbuka. Apesnya Cuma 1 lift yg melayani perjalanan hingga ke lantai 6. Alamak nunggu suwi joonn-_-

Untung, sekali lagi pak untung datang. Ternyata tidak hanya aku dan dhani yang tersesat. Yang nggonduk. Yang gitudehhh. Ternyata ada satu lagi mas-mas seumuran SMA eh maksutku penegak *pramuka bingitt yang kayaknya juga tersesat. Alhamdulillah, aku dan dhani berpelukan.

Satu

Dua

Tiga kali lift terbuka dan keseluruhannya overload. Aku, dhani dan masnya yang tadi kembali stay di depan lift. Menunggu, lagi-lagi menunggu. Hingga mas-mas ikip yang tadi pun udah selesai packing . wadohh antrian nambah akeh to ki. Aku dan dhani ambil pisau~

Akhirnya setelah sekian menit menghabiskan waktu dengan hina di lantai 6. Jodoh lift akhirnya dipertemukan dengan kita. aku dan dhani tentu saja. Masnya yang tadi udah duluan, sekian kali lebih cepat dari kami. Masnya ikip? Mereka dengan calm down tidak menyerobot jatah lift kita. makasih mas;-) dan seperti tidak mau kehilangan kita, mereka mengantarkan kami pulang dengan kata-kata cibiran. Bagiku itu lucu, tapi entah bagi dhani. Yang jelas salah satu diantara mereka ganteng. Aku dan dhani mengakuinya. Tralalaaa~

Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar