Kamis, 11 Oktober 2012

DIA ,,, MAZIA !!!


Heemm gak terasa udah lama ya bray aku kagak ngeposting. Kangeen ya? Okelah karena aku sayang kalian semua para pengunjung blog kebanggaanku tercinta ini, dengan senang hati Aku mau share experience yang bener2 ngebuat aku speechless dan masih terbayang2 sampai sekarang. Mau tahu??? Okey cekidot!

Kejadian ini terjadi jum’at lalu tepatnya tanggal 10 Agustus saat aku mengikuti shalat tarawih berjamaah di Masjid Uswatun Hasanah dekat rumah. Waktu itu berawal dari aku yang sedang mencari sandal saat usai rakaat ke 8 dengan niat buru2 pulang agar tak terlalu larut untuk ngerjain tugas yang memaksaku ke warnet.

Tiba-tiba ...

“khurnia” suara lembut perempuan yang sebaya denganku sukses alihkan perhatianku.
Ku toleh ke hadapanya, ku tatap wajah yang begitu familier itu. Tak perlu lama mengingat di pikiranku telah terpahat namanya “mazia ...”
 

ya, benar. dia Mazia, sahabat TK ku, SD ku dan jika sekali lagi kau tanya aku jawabanku pasti, kita masih sahabat. Tak peduli apakah ia anggap ku sahabat atau sekadar teman masa kecil yang tak berhak diingat.
Suasana berubah bak drama, di tengah puluhan jamaah yang sedang bersimpuh menghadap sang pencipta, aku dan mazia sekilas terlihat seperti ibu dan anak yang telah puluhan lamanya tak bertemu.

Mazia mengajakku bersalaman, aku tak langsung merayuh uluran tanganya itu. Aku mencoba mengulur waktu, sungguh niatku hanya bercanda. Dia seakan tak melirik candaanku, okelah aku luluh dan kurayuh tanganya itu. Dia menggenggam tanganku erat, erat sekali. Tak disangka, tangan kasar ku ini ditaruhnya di pipinya bersama dengan tanganya yang menggenggam tanganku. Aku seakan terantuk tebing curam, sesak sekali. Hatiku terhimpit aku pun trenyuh baru ku sadari ini bukan waktu yang tepat untuk mengumbar tawa.

Diatas tadi hanyalah sedikit drama yang terjadi malam itu. Setelahnya dilanjut dengan pertanyaan2 kecil yang berasa sampai ke tulang2
dia bertanya “saiki neng ndi saiki khur?”
“neng kene lho ya, neng mesjid” lagi2 candaan mubazir itu terlontar dari mulutku.
“sing nggenah”
“SMA duuuuaaa” ku sengaja kata dua itu ku ganti dengan versi iklan ayu ting ting. Kali ini ia sedikit tersenyum.

Giliran aku bertanya, “ngelanjut dimana?” benar dugaanku, ia melanjutkan ke PONPES nya di Solo. Ponpes yang 3 tahun lalu sukses memisahkan kita, membuat jarak antara kita tetapi ponpes itu juga lah yang menumbuhkan rindu antara kita J . pernyataannya selanjutnya yang membuat aku tercengang. Ia berkata bahwa disana ia mempunyai teman yang bernama sama denganku, Khurnia. Amazinggg !!! memang pernyataanya itu terlihat sepele namu artinya subhanallah. Kau tahu? Itu berarti selama ini ia masih mengingatku, masih mengaku bahwa pernah mempunyai teman yang bernama Khurnia(aku) selain itu jika ia mengungkapkan kata itu berarti walau sejengkal ia masih memikirkan aku, masih mempunyai niat untuk menceritakan hal kecil ini kepadaku. Ohh So sweet ...


Lalu, ia bercerita bahwa tadi sore ia mengisi tausiyah di Masjid ini dalam hati sungguh aku menyesal kenapa aku gak berangkat, kenapa ku lewatkan hari penting ini. Aku ingin melihatnya ya Allah. aku ingin menyaksikan sahabatku ini berdakwah membagi ilmunya ...

Ia bertanya lagi, “omahmu isih sing kuwi to” iya, jawabku. Kenapa dia bertanya demikian dia mau main silahkan. Tapi apa coba artinya ohhh aku belum bisa menafsirnya. Semoga bukan pertanda apapun ya, amin.
Sudah, sudah selesai pertanyaan2 sarat makna itu. Tapi tak secepat itu kami meninggalkan Masjid. Kini tinggal ungkapan2 kangen yang tersirat di kedua pasang mata kita atau sesekali juga tersurat dari ucap dan perilaku kita. Dia mengepalkan tangan dan didekatkan ke arah dadanya, matanya berkaca2, sama sepertiku. 

Aku bener2 speechless secuil kalimatpun tak mampu ku ucap. Kembali dia memecah kesunyian tapi yang ini membuat kegalauan. Betapa tidak, ia berpamit pulang aku tak serta merta mampu mencegahnya. Kita bersalaman lagi, kini giliran aku, gantian aku melakukan hal drama yang dilakukanya awal tadi. Ku taruh genggaman tanganku dan tangannya di pipiku. Benar, rasa rindu ku kian memudar tapi rasa tak ingin berpisah pun kian menguat.

_the end_

Untuk sahabatku : Mazia.
semoga, kalian semua dan khusunya Mazia senang membacanya J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar